Ternyata, Gen Z (Masih) Akses TV

Hai Sobat Unggul!
Yuk kita simak sekilas sharing dari Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UEU, M. Ruslan Ramli, Ph.D!

Mengawali presentasi materi tentang ekonomi media di UST Angelicum College pagi tadi, membuat saya sedikit terkejut. Mahasiswa yang berstatus Gen-Z masih mengonsumsi televisi. Bahkan hingga malam tadi, seorang di antaranya menonton TV.

Agak di luar dugaan saya dengan situasi itu. Prasangka saya, era TV selesai dimakan medsos. Mereka hanya mengenal TV, bukan mengaksesnya. Apalagi sudi menunggu program setiap malam. Di sini TV tinggal cerita. Prejudice berikutnya, mereka mengintip TV melalui android. Dan benar, berselancar via aplikasi.

Kebiasaan Gen-Z Angelicum College, kontras dengan Universitas Esa Unggul, kampus sehari-hari saya mengajar. Mereka cuma tahu TV sebagai media jadul, tidak pernah menyaksikan media massa paling populer sebelum internet booming. Kompak mereka menjawab terakhir kali putar TV pada masa emas Doraemon, Kapten Tsubasa, Power Ranger, Teletubbies, Dragon Ball, Sinchan, Detektif Conan, Masha and The Bear. Satu lagi kartun tetangga sebelah, Upin-Ipin. Selepas itu, tutup layar seraya say good-bye.

Setiap semester saya survei abal-abal di kelas, seberapa besar atensi mereka pada TV. Jawabannya seirama, diam-menggeleng. Tak lagi familiar dengan “kotak bergambar berbicara itu”. Fikommers muda Esa Unggul bergeser platform seiring transformasi media. TV buat mereka, kabar bahagianya hanya menonton saat laga timnas. Satu-dua mengaku menyaksikan pertandingan sepak bola Indonesia melalui TV. Tapi jangan ge-er dulu, bukan TV portabel. “Lewat gadget,” ucapnya.

Di inner circle kami, ada jargon lepas bahwa Fikommers adalah medsos. Mereka pengguna aktif medsos. Penetrasinya didukung oleh data wearesocial yang mencatat 49,9 % penduduk Indonesia sebagai pengguna medsos. Per Januari 2024, dari kira-kira 275 juta jiwa populasi nasional, 139 juta adalah pemakai aktif medsos. Milenium adalah kontributor terbesar, termasuk Fikommers yang berada di rentang usia 18-22 tahun.

Tapi pagi tadi, jawaban polos mahasiswa UST Angelicum College di bilik kelas membuat saya surprise campur senang. Lega. Di tengah derasnya gempuran media sosial, saya berspekulasi bertanya soal serapan TV, “Apakah masih menonton”. Rupanya ada kelompok kecil milenium yang mau menyisihkan waktu untuk TV. Hingga malam tadi ikut siaran TV. Saat saya tanya dalam sepekan, lebih banyak lagi yang angkat tangan. Kemudian saya lanjutkan pertanyaan serupa dalam hitungan setahun ini, semua acungkan tangan. Masih menonton TV!!!

Bahkan seorang mahasiswi tetap setia dengan TV. Kemarin dan besok, dia mengaku akan tetap duduk manis di depan TV. Komentarnya, dia sudah terbiasa dan terhibur dengan program acara TV lokal.

Sejujurnya UST Angelicum College adalah kampus berstrata menengah ke atas. Di Metro Manila, ia termasuk kampus bergengsi. Sebagai kolej berkelas, asumsi saya, mahasiswanya jor-joran di medsos. Dan, itu dibuktikan dengan kepemilikan akun medsos yang beragam dan mobile. Asumsi saya tidak sepenuhnya benar sebab TV menyisakan loyalis muda.

Dengan begitu, senjakala TV bagi Gen-Z di dua negara berbeda bisa berbeda juga. TV memang diprediksi menuju peraduan. Posisinya diambil alih medsos. Namun pengalaman interaksi dengan Gen-Z di ibu kota Filipina, mata saya terbuka. Sepertinya senjakala TV di sana bakal berjalan lebih lama. Setidaknya dibanding tanah air. Entah saya keliru. Bagaimana dengan Anda? (*)

Suite Hotel Angelicum, 15 Oktober 2024

 

Caption: Suasana kelas saat presentasi materi di hadapan mahasiswa Ilmu Komunikasi UST Angelicum College, pagi tadi.